Selasa, 16 September 2008

Maka, ku benarkan sang penyair berkata...

tak perlu kuresapi Dikau, karena Kau-lah Sang Maha Mawar nan meresap di pembuluh hidungku,
tak perlu kugapai-gapai Dikau, karena Kau-lah Sang Maha Dekat nan senantiasa memeluki pori tanganku,
tak perlu kuragukan Lagu-Mu, karena Kau-lah Sari Rebab nan senantiasa mempesona sukmaku,
dan tak pula Dendang-Mu, karena walau nyaring bunyinya remukkan Segala namun berdetakkan tulip-tulip asmara.

maka tatkala mereka bertanya rahasia takdir
kukatakan padanya Bibir-Nya Mencibir
pun kenapa mereka tak bertanya rahasia Anggur
yang memabukkanku hingga mabuk tersungkur?

Tidak ada komentar: