Setelah gegap gempita petasan dan kembang api menyambut 2008, dalam hitungan jam umat islam di seluruh dunia akan menyambut tahun baru 1429 hijriah. Di tengah berbagai bencana, musibah dan tragedi kebangsaan yang terjadi dan melanda negeri ini mungkin 1 Muharram ini bisa menjadi sarana untuk “napak tilas” sejarah. Sejenak menoleh ke belakang sebelum akhirnya kita mengukir langkah di 1429 hijriah. Menyelesaikan semua kekalutan yang telah mengakar dalam hitungan semalam saja apalagi cuma melalui sebuah “musabahah” yang masih harus kita bungkus lagi dengan berbagai “ritual-format budaya” rasanya memang “mission impossible”. Oleh sebab itu saya lebih memilih untuk mengajak diri saya dan para pembaca dengan tanpa harus melihat baju, identitas atau kecenderungan apapaun baik suku, agama, ras, keyakinan ataupun budaya, untuk mentransfer sebuah “spirit renaissance” yang bernama “HIJRAH”.
Hijrah, atau berpindah ; tentu dengan pemahaman yang utuh, bukan sekedar “movement” secara fisik-materi tetapi terintegrasi dengan segenap jiwa dan hati untuk menuju nur, cahaya, kudus (atau apapun istilah saudara).
Melintasi padang pasir yang gersang sebelum akhirnya kita menemukan oase keteduhan, meneguk airnya untuk membasuh tenggorokan yang telah kering kerontang bahkan juga mencuci baju yang telah begitu lusuh terbasuh debu dan bermandi peluh. Mungkin itu yang kita perlukan sekarang. Meneguk air itu untuk membasuh kehausan yang telah hampir menegangkan semua syaraf-syaraf kita sehingga semua jadi “underprsessure”, akhirnya kalap dan bertindak apa saja. Perlu juga kita secepatnya menanggalkan baju yang kumuh dan lusuh ini untuk kita cuci dan perbaiki. Baju adalah nilai akhlak kita, ukuran moral kita, khasanah pembeda bahwa kita adalah manusia dan insan yang sempurna. Kalau kau tak percaya, pergilah ke pasar sana dan tanggalkan semua bajumu maka kau akan kehilangan segala macam harga diri, harkat dan martabatmu sebagai manusia. Itulah sebabnya baju ini harus kita cuci dan perbaiki.
Hijrah, atau berpindah ; tentu dengan pemahaman yang utuh, bukan sekedar “movement” secara fisik-materi tetapi terintegrasi dengan segenap jiwa dan hati untuk menuju nur, cahaya, kudus (atau apapun istilah saudara).
Melintasi padang pasir yang gersang sebelum akhirnya kita menemukan oase keteduhan, meneguk airnya untuk membasuh tenggorokan yang telah kering kerontang bahkan juga mencuci baju yang telah begitu lusuh terbasuh debu dan bermandi peluh. Mungkin itu yang kita perlukan sekarang. Meneguk air itu untuk membasuh kehausan yang telah hampir menegangkan semua syaraf-syaraf kita sehingga semua jadi “underprsessure”, akhirnya kalap dan bertindak apa saja. Perlu juga kita secepatnya menanggalkan baju yang kumuh dan lusuh ini untuk kita cuci dan perbaiki. Baju adalah nilai akhlak kita, ukuran moral kita, khasanah pembeda bahwa kita adalah manusia dan insan yang sempurna. Kalau kau tak percaya, pergilah ke pasar sana dan tanggalkan semua bajumu maka kau akan kehilangan segala macam harga diri, harkat dan martabatmu sebagai manusia. Itulah sebabnya baju ini harus kita cuci dan perbaiki.
Selamat Tahun Baru Hijriah
1 Muharram 1429 H
1 Muharram 1429 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar